Manajemen
risiko adalah suatu pendekatan terstruktur/metodologi dalam mengelola
ketidakpastian yang berkaitan dengan ancaman. Manajemen risiko keuangan
terfokus pada risiko yang dapat dikelola dengan menggunakan instrumen-instrumen
keuangan.
Tujuan
utama manajemen risiko keuangan adalah untuk meminimalkan potensi kerugian yang
timbul dari perubahan tak terduga dalam
harga mata uang, kredit, komoditas, dan ekuitas.
Para pelaku pasar
cenderung tidak berani mengambil risiko. Perantara jasa keuangan dan pencipta pasar memberikan respons dengan
menciptakan produk keuangan yang memungkinkan
seorang pelaku pasar
untuk mengalihkan risiko perubahan harga tak terduga kepada orang lain-pihak
lawan.
1.
Komponen Utama Risiko Mata Uang Asing
Untuk
meminimalkan eksposur yang dihadapi atas volatilitas kurs valuta asing, harga
komoditas, tingkat suku bunga, dan harga sekuritas, industri jasa keuangan
banyak menawarkan produk lindung nilai keuangan, seperti swap, suku bunga, dan
juga opsi. Kebanyakan instrument keuangan tersebut diperlakukan sebagai pos-pos
di luar neraca oleh sejumlah perusahaan yang melakukan pelaporan keuangan
secara internasional. Akibatnya, risiko-risiko yang terkait dengan penggunaan
instrument ini sering kali tertutupi, dan sampai sekarang pembuat standar
akuntansi dunia melakukan pembahasan atas prinsip pengukuran dan pelaporan yang
tepat untuk produk-produk keuangan ini. Materi pembahasan ini salah satunya
adalah membahas pelaporan internal dan masalah pengendalian yang terkait dengan
masalah yang sangat penting.
Ada beberapa komponen
utama dalam risiko mata uang asing, yaitu:
a. Accounting
risk (risiko akuntansi):
Risiko bahwa perlakuan akuntansi yang lebih disukai atas suatu transaksi tidak
tersedia.
b. Balance
sheet hedge
(lindung nilai neraca) : Mengurangi eksposur valuta asing yang dihadapi dengan
membedakan berbagai aktiva dan kewajiban luar negeri suatu perusahaan.
c. Counterparty (pihak lawan) : Individu/lembaga yang
terpengaruh dengan suatu transaksi.
d. Credit
risk (risiko kredit) :
Risiko bahwa pihak lawan mengalami gagal bayar atas kewajibannya.
e. Derivatif
: Perjanjian
kontraktual yang menimbulkan hak atau kewajiban khusus dengan nilai yang
berasal dari instrument atau komoditas keuangan lainnya.
f.
Economic exposure (eksposur ekonomi) : Pengaruh
perubahan kurs valuta asing terhadap biaya dan pendapatan perusahaan di masa
depan.
g. Exposure
management (manajemen eksposur)
: Penyusunan strukturdalam perusahaan untuk meminimalkan pengaruh buruk
perubahan kursterhadap laba.
h. Foreign
currency commitment
(komitmen mata uang asing) : Komitmen penjualan/pembelian perusahaan yang
berdenominasi dalam mata uang asing.
i.
Inflation
differential (perbedaan inflasi): Perbedaan dalam laju inflasi antar dua negara
atau lebih.
j.
Liquidity risk (risiko likuiditas) : Ketidakmampuan
untuk melakukan perdagangan suatu instrument keuangan dengan tepat waktu.
k. Market
discontinuities
(diskontinuitas pasar) : Perubahan nilai pasar secara mendadak dan signifikan.
l.
Market risk (risiko pasar) : Risiko kerugian
akibat perubahan tak terduga dalam harga valuta asing, kredit komoditas, dan
ekuitas.
m. Net
exposed asset position
(risiko potensial posisi aktiva bersih) : Kelebihan posisi aktiva terhadap
posisi kewajiban (juga disebut sebagai posisi positif
n. Net exposed liability position (risiko
potensial posisi kewajiban bersih) : Kelebihan posisi kewajiban terhadap posisi
aktiva (juga disebut sebagai posisi negatif).
o. Net
investment (investasi
bersih) : Suatu posisi aktiva atau kewajiban bersih yang terjadi pada suatu
perusahaan.
p. National
amount (jumlah nasional) :
Jumlah pokok yang dinyatakan dalam kontrak untuk menentukan penyelesaian.
q. Operational
hedge (lindung nilai
operasional) : Perlindungan risiko valutaasing yang memfokuskan pada variabel
yang mempengaruhi pendapatandan beban suatu perusahaan dalam mata uang asing.
r. Option (opsi) : Hak (bukan kewajiban) untuk
membeli atau menjual suatu kontrak keuangan sebesar harga yang ditentukan
sebelum atau pada saat tanggal tertentu di masa datang.
s. Regulatory
risk (risiko regulator) :
Risiko bahwa suatu undang-undang public akan membatasi maksud penggunaan suatu
produk keuangan.
t.
Risk
mapping (pemetaan risiko) : Mengamati hubungan temporal berbagai risiko pasar
dengan berbagai variabel laporan keuangan yang mempengaruhi nilai perusahaan
dan menganalisis kemungkinan terjadinya.
u. Structural hedges (lindung nilai
struktural) : Pemilihan atau relokasi operasi untuk mengurangi keseluruhan
eksposur valuta asing suatu perusahaan.
v. Tax risk (risiko pajak) : Risiko bahwa
tidak adanya perlakuan pajak yang diinginkan.
w. Translation exposure (eksposur
translasi) : Mengukur pengaruh dalam mata uang induk perusahaan atas perubahan
valuta asing terhadap aktiva, kewajiban, pendapatan, dan beban dalam mata uang
asing.
x. Transaction potential risk (risiko
potensial transaksi) : Keuntungan ataukerugian valuta asing yang timbul dari
penyelesaian atau konversitransaksi dalam mata uang asing.
y. Value at risk (nilai atas risiko) :
Risiko kerugian atas portofolio perdagangan suatu perusahaan yang disebabkan
oleh perubahan dalam kondisi pasar.
z. Value driver (pemicu nilai) : Akun-akun neraca
dan laporan laba rugi yangmempengaruhi nilai perusahaan.
2.
Tugas Dalam Mengelola Mata Uang Asing
Manajemen
risiko dapat meningkatkan nilai perusahaan dengan mengidentifikasi, mengendalikan/mengelola
risiko keuangan yang dihadapi secara aktif. Jika nilai perusahaan menyamai
nilai kini arus kas masa depannya, manajemen potensi risiko yang aktif dapat
dibenarkan dengan beberapa alasan berikut:
a. Manajemen eksposur membantu dalam
menstabilkan ekspektasi arus kas perusahaan. Aliran arus kas yang lebih stabil
dapat meminimalkan kejutan laba, sehingga meningkatkan nilai kini ekspektasi
arus kas. Laba yang stabil juga mengurangi kemungkinan risiko gagal bayar dan
kebangkrutan, atau risiko bahwa laba mungkin tidak dapat menutupi pembayaran
jasa utang kontraktual.
b. Manajemen eksposur yang aktif
memungkinkan perusahaan untuk berkonsentrasi pada risiko bisnisnya yang utama.
Contohnya pada perusahaan manufaktur, ia dapat melakukan lindung nilai risiko
suku bunga dan mata uang, sehingga dapat berkonsentrasi pada produksi dan
pemasaran.
c. Para pemberi pinjaman, karyawan, dan pelanggan
juga memperoleh manfaat dari manajemen eksposur. Pemberi pinjaman umumnya
memiliki toleransi risiko yang lebih rendah dibandingkan dengan pemegang saham,
sehingga membatasi eksposur perusahaan untuk menyeimbangkan kepentingan
pemegang saham dan pemegang obligasi. Produk derivative juga memungkinkan dana
pensiun yang dikelola pemberi kerja memperoleh imbalan yang lebih tinggi dengan
memberi kesempatan untuk berinvestasi dalam instrument tertentu tanpa harus
membeli atau menjual instrument terkait secara nyata. Karena kerugian yang
ditimbulkan oleh risiko harga dan suku bunga tertentu dialihkan kepada
pelanggan dalam bentuk harga yang lebih tinggi, manajemen eksposur membatasi
risiko yang dihadapi oleh konsumen.
3.
Pendefinisian dan Perhitungan Risiko
Translasi
Perusahaan
dengan operasi luar negeri yang signifikan menyusun laporan keuangan
konsolidasi yang memungkinkan para pembaca laporan keuangan untuk mendapatkan
pemahaman yang holistic atas operasi perusahaan baik domestic dan luar negeri.
Laporan keuangan anak perusahaan luar negeri yang berdenominasi dalam mata uang
asing disajikan ulang dengan mata uang induk perusahaan. Proses penyajian ulang
informasi keuangan dari satu mata uang ke mata uang lainnya disebut translasi.
Translasi tidak sama dengan konversi. Konversi adalah pertukaran dari satu mata
uang ke mata uang yang lain secara fisik. Translasi hanyalah perubahan satuan
unit moneter, seperti hanya sebuah neraca yang dinyatakan dalam IDR disajikan
ulang dalam nilai ekuivalen Dollar AS.
Potensi
risiko translasi ini mengukur pengaruh perubahan kurs valas terhadap nilai
ekuivalen mata uang domestik atas aktiva dan kewajiban dalam mata uang asing
yang dimiliki oleh perusahaan. Karena jumlah dalam mata uang asing umumnya
ditranslasikan ke dalam nilai ekuivalen mata uang domestik untuk tujuan
pengawasan manajemen atau pelaporan keuangan eksternal, pengaruh translasi itu menimbulkan
dampak langsung terhadap laba yang diinginkan.
Risiko translasi dapat dihitung dengan 2 cara, yaitu:
a. Dikatakan potensi risiko positif
apabila aktiva terpapar lebih besar daripada kewajiban (yaitu pos-pos dalam
mata uang asing yang ditranslasikan berdasarkan kurs kini. Devaluasi mata uang asing
relatif terhadap mata uang pelaporan (nilai mata uang asing menurun)
menimbulkan kerugian translasi. Revaluasi mata uang asing (nilai mata uang
asing meningkat) menghasilkan keuntungan translasi.
b. Potensi risiko negatif apabila
kewajiban terpapar melebihi aktiva terpapar. Dalam kasus ini, devaluasi mata
uang asing menyebabkan timbulnya keuntungan translasi. Revalusi mata uang asing
menyebabkan kerugian translasi.
Selain potensi risiko translasi pengukuran akuntansi
tradisional terhadap potensi risiko valas ini juga berpusat pada potensi risiko
transaksi. Potensi risiko transaksi berkaitan dengan keuntungan dan kerugian
nilai tukar valuta asing yang timbul dari penyelesaian transaksi yang
berdenominasi dalam mata uang asing. Keuntungan dan kerugian transaksi memiliki
dampak langsung terhadap arus kas. Laporan potensi risiko transaksi berisi
pos-pos yang umumnya tidak muncul dalam laporan keuangan konvensional, tetapi
menimbulkan keuntungan dan kerugian transaksi seperti kontrak forward mata uang
asing, komitmen pembelian dan penjualan masa depan dan sewa guna usaha jangka
panjang.
4.
Perbedaan Risiko Akutansi dengan Risiko
Ekonomi
Akuntansi
manajemen memainkan peran yang penting dalam proses risiko manajemen. Mereka membantu
dalam mengidentifikasikan eksposur pasar, mengkuantifikasi keseimbangan yang
terkait dengan strategi respons risiko alternative, mengukur potensi yang
dihadapi perusahaan terhadap risiko tertentu, mencatat produk lindung nilai
tertentu dan mengevaluasi program lindung nilai.
Kerangka
dasar yang bermanfaat untuk mengidentifikasi berbagai jenis risiko market
berpotensi dapat disebut sebagai pemetaan risiko. Kerangka ini diawali dengan
pengamatan atas hubungan berbagai risiko pasar terhadap pemicu nilai suatu
perusahaan dan pesaingnya. Pemicu nilai mengacu pada kondisi keuangan dan
pos-pos kinerja operasi keuangan utama yang mempengaruhi nilai suatu
perusahaan. Risiko pasar mencakup risiko kurs valuta asing dan suku
bunga, serta risiko
harga komoditas dan ekuitas. Mata uang Negara sumber pembelian mengalami
penurunan nilai relative terhadap mata uang Negara domestik, maka perubahan ini
dapat menyebabkan pesaing domestik mampu menjual dengan harga yang lebih
rendah, ini disebut sebagai risiko kompetitif mata uang yang dihadapi. Akuntan
manajemen harus memasukkan suatu fungsi demikian probabilitas yang terkait dengan
serangkaian hasil keluaranmasing-masing pemicu nilai.
Peran lain yang dimainkan oleh para akuntan dalam proses manajemen resiko meliputi proses
kuantifikasi
penyeimbangan yang berkaitan dengan alternative strategi respon risiko. Risiko
kurs valuta asing adalah salah satu bentuk risiko yang paling umum dan akan
dihadapi oleh perusahaan multinasional. Di dalam dunia kurs mengambang, manajemen
risiko mencakup:
a. antisipasi pergerakan kurs,
b. pengukuran risiko kurs valuta asing
yang dihadapi perusahaan,
c. perancangan strategi perlindungan yang
memadai,
d. pembuatan pengendalian manajemen risiko
internal.
Manajer
keuangan harus memiliki informasi mengenai kemungkinan arah, waktu, dan
magnitude perubahan kurs dan dapat menyusun ukuran-ukuran defensive memadai
dengan lebih efisien dan efektif.
5.
Strategi Perlindungan Nilai Tukar dan
Perlakuan Akuntansi yang Diperlukan
Setelah
mengidentifikasi potensi risiko, selanjutnya adalah merancang strategi lindung
nilai untuk meminimalkan atau bahkan menghilangkan potensi risiko tersebut. Hal
ini dapat dilakukan dengan lindung nilai neraca, operasional, dan kontraktual.
a. Lindung Nilai Neraca
Strategi
perlindungan dengan menyesuaikan tingkatan dan nilai denominasi moneter aktiva
dan kewajiban perusahaan yang terpapar, yang akan dapat mengurangi potensi
risiko yang dihadapi perusahaan. Contoh metode lindung nilai pada suatu anak
perusahaan yang berlokasi di negara yang rentan terhadap devaluasi adalah:
·
Mempertahankan
saldo kas dalam mata uang lokal sebesar tingkat minimum yang diperlukan untuk
mendukung operasi berjalan.
·
Mengembalikan
laba yang di atas jumlah yang diperlukan untukekspansi modal kepada induk
perusahaan.
·
Mempercepat
(memastikan-leading) penerimaan dari piutang dagangyang beredar dalam mata uang
local.
·
Menunda
(memperlambat-lagging) pembayaran utang dalam mata uang local.
·
Mempercepat
pembayaran utang dalam mata uang asing.
·
Menginvestasikan
kelebihan utang tunai ke dalam persediaan danaktiva lainnya dalam mata uang
local yang tidak terlalu terpengaruh oleh kerugian devaluasi.
·
Berinvestasi
dalam aktiva di luar negeri dengan mata uang yang kuat
b. Lindung Nilai Operasional
Lindung
nilai operasional berfokus pada variabel-variabel yang mempengaruhi pendapatan
dan beban dalam mata uang asing. Pengendalian biaya yang lebih ketat
memungkinkan margin keselamatan yang lebih besar terhadap potensi kerugian mata
uang. Lindung nilai structural mencakup relokasi tempat manufaktur untuk
mengurangi potensi risiko yang dihadapi perusahaan atau mengubah negara yang
menjadi sumber bahan mentah dan komponen manufaktur.
c. Lindung Nilai Kontraktual
Salah
satu bentuk lindung nilai dengan instrumen keuangan, baik instrument derivatif
maupun instrument dasar. Produk instrument ini mencakup kontrak forward,
future, opsi, dan gabungan ketiganya dikembangkan. Untuk memberikan
fleksibilitas yang lebih besar kepada para manajer dalam mengelola potensi risiko
valas yang dihadapi.
Perlakuan Akuntansi
Sebelum
standar dibuat, standar akuntansi global untuk produk derivatif tidak lengkap,
tidak konsisten dan dikembangkan secara bertahap. Kebanyakan instrument
keuangan, yang sifatnya dapat dieksekusi, diperlakukan sebagai pos-pos di luar
neraca. Kemudian FASB menerbitkan FAS No.133, yang diklarifikasi melalui FAS
149 pada bulan April 2003, untuk memberikan pendekatan tunggal yang
komprehensif atas akuntansi untuk transaksi derivatif dan lindung nilai. IFRS
No. 39 (revisi) berisi panduan yang untuk pertama kalinya memberikan tuntunan
yang universal terhadap akuntansi untuk derivative keuangan.
Provisi dasar standar ini adalah:
Provisi dasar standar ini adalah:
a. Instrument-instrumen derivatif dicatat
pada neraca sebagai aktiva dan kewajiban. Instrumen derivatif dicatat sebesar
nilai wajarnya, termasuk yang melekat pada kontrak utama yang tidak dicatat
sebesar nilai wajarnya.
b. Keuntungan atau kerugian dari perubahan
dalam nilai wajar instrument derivatif, bukan termasuk aktiva atau kewajiban, namun
diakui sebagai laba jika direncanakan sebagai lindung nilai.
c. Lindung nilai haruslah sangat efektif
agar layak mendapatkan perlakuan akuntansi khusus, yaitu keuntungan atau
kerugian atas instrument lindung nilai secara tepat harus mengimbangi keuntungan
atau kerugian sesuatu yang dilindung nilai.
d. Hubungan lindung nilai harus
terdokumentasi secara lengkap demi manfaat pembaca laporan.
e. Keuntungan/kerugian dari investasi
bersih dalam mata uang asing (posisi aktiva atau kewajiban terpapar bersih) pada
awalnya dicatat dalam laba komprehensif lainnya. Selanjutny direklasifikasikan
ke dalam laba berjalan jika anak perusahaan tersebut dijual atau dilikuidasi.
f.
Keuntungan/kerugian
dari lindung nilai terhadap arus kas masa depan yang belum pasti, seperti
perkiraan penjualan ekspor, pada awalnya diakui sebagai bagian dari laba
komprehensif. Keuntungan/kerugian diakui dalam laba apabila transaksi yang
diperkirakan terjadi itu mempengaruhi laba.
Namun, meskipun aturan penuntun yang dikeluarkan FASB dan
IASB telah banyak mengklarifikasi pengakuan dan pengukuan derivatif, masih saja
terdapat beberapa masalah. Yang pertama berkaitan dengan nilai wajar.
Kompleksitas pelaporan keuangan juga semakin meningkat jika lindung nilai
dianggap sangatlah tidak efektif untuk mengimbangi risiko valas.
6.
Masalah Akuntansi dan Pengendalian
Terkait Dengan Manajemen Risiko Nilai Tukar Mata Uang Asing
Contoh
permasalahan akuntansi dan pengendalian yang terkait dengan manajemen risiko
nilai tukar mata uang asing dapat dilihat pada kasus berikut:
Perusahaan-perusahaan
secara berkesinambungan menciptakan dan menerapkan strategi-strategi baru untuk
memperbaiki arus kas mereka dalam rangka meningkatkan kekayaan pemegang saham.
Sejumlah strategi mengharuskan dilakukannya ekspansi dalam pasar local.
Strategi-strategi lain mengharuskan penetrasi ke dalam pasar asing. Pasar luar
negeri bisa sangat berbeda dari pasar lokal. Pasar luar negeri menciptakan
kesempatan timbulnya peningkatan arus kas perusahaan.
Banyaknya
hambatan masuk ke dalam pasar luar negeri yang telah dicabut atau berkurang,
mendorong perusahaan-perusahaan untuk memperluas perdagangan internasional.
Konsekuensinya, banyak perusahaan nasional berubah menjadi perusahaan
multinasional (multinasional corporation) yang didefinisikan sebagai
perusahaan-perusahaan yang terlibat dalam suatu bentuk bisnis internasional.
Tujuan MNC sendiri secara umum adalah memaksimumkan kekayaan
pemegang saham. Penentuan tujuan sangat penting bagi sebuah MNC, karena semua
keputusan yang akan dilakukan harus memberikan kontribusi bagi pencapaian
tujuan tersebut. Setiap usulan kebijakan korporasi tidak hanya perlu
mempertimbangkan laba potensial, tetapi juga risiko-risikonya. Sebuah MNC harus
membuat keputusan-keputusan berlandaskan tujuan yang sama dengan tujuan
perusahaan domestik murni. Tetapi di sisi lain, perusahaan MNC memiliki
kesempatan yang jauh lebih luas, yang membuat keputusannya menjadi lebih
kompleks.
Ada beberapa kendala yang dialami oleh perusahaan MNC
seperti, kendala lingkungan, kendala regulatori, dan kendala etika. Kendala
lingkungan dapat dilihat dari perbedaan karakteristik tiap negara. Kendala
regulatori berupa perbedaan peraturan setiap negara yang ada seperti, pajak,
aturan-aturan konversi valuta, serta peraturan-peraturan lain yang dapat
mempengaruhi arus kas anak perusahaan. Kendala etika sendiri digambarkan
sebagai suatu praktek bisnis yang berbeda-beda di tiap Negara.
MNC, dalam melakukan bisnis internasionalnya, secara umum
dapat menggunakan metode-metode berikut:
·
Perdagangan
internasional
·
Licensing
·
Franchising
·
Usaha
patungan
·
Akuisisi
perusahaan
·
Pembentukan
anak perusahaan baru di luar negeri
Metode-metode
bisnis internasional meminta investasi langsung dalam operasi-operasinya diluar
negeri atau lebih dikenal dengan sebutan Direct Foreign Invesment (DFI).
Perdagangan internasional dan pemberian lisensi biasanya tidak dianggap sebagai
DFI karena keduanya tidak melibatkan investasi langsung dalam operasi di luar
negeri. Franchising dan usaha patungan cenderung meminta investasi langsung,
tetapi dalam jumlah relatif kecil. Akuisisi dan pendirian anak perusahaan baru
merupakan elemen DFI yang paling besar.
Berbagai
peluang serta keuntungan sebuah MNC tidak lepas dari risiko yang akan muncul.
Walaupun bisnis internasional dapat mengurangi exposure sebuah MNC terhadap
kondisi-kondisi ekonomi negara asalnya, bisnis internasional biasanya juga
meningkatkan exposure MNC terhadap pergerakan nilai tukar, kondisi ekonomi luar
negeri, dan risiko politik. Sebagian
besar bisnis internasional
meminta pertukaran satu valuta dengan valuta yang lain untuk melakukan
pembayaran. Karena nilai tukar terus berfluktuasi, jumlah kas yang dibutuhkan
untuk melakukan pembayaran juga tidak pasti. Konsekuensinya, jumlah unit valuta
negara asal yang dibutuhkan untuk membayar bisa berubah walaupun pemasoknya
tidak mengubah harga. Selain itu, ketika perusahaan multinasional memasuki
pasar asing untuk menjual produk, permintaan atas produk tersebut tergantung
pada kondisi-kondisi ekonomi dalam pasar tersebut. Jadi, arus kas perusahaan
multinasional dipengaruhi oleh kondisi-kondisi ekonomi luar negeri.Manajemen
dapat menggunakan pengendalian terhadap nilai tukar mata uang asing dengan
lindung nilai. Namun, setiap strategi manajemen risiko keuangan harus
mengevaluasi efektivitas program lindung nilai tersebut. Umpan balik dari
sistem evaluasi yang berjalan akan membantu untuk menyusun pengalaman
kelembagaan dalam praktek menajamen risiko.
Penilaian
kinerja program manajemen risiko juga memberikan informasi mengenai kapan
strategi yang ada sudah tidak lagi tepat untuk digunakan. Jadi intinya,
pengendalian keuangan yang efektif adalah dengan sistem evaluasi kinerja.
Sistem
evaluasi kinerja terbukti bermanfaat Dalam berbagai sektor. Sektor ini
mencakup, tetapi tidak terbatas pada, bagian treasuri perusahaan, pembelian dan
anak perusahaan luar negeri. Kontrol terhadap bagian treasuri perusahaan
mencakup pengukuran kinerja seluruh prodram manajemen risiko nilai tukar,
mengidentifikasikan lindung nilai yang digunakan, dan pelaporan hasil lindung
nilai. Sistem evaluasi tersebut juga mencakup dokumentasi atas bagaimana dan
sejauh apa bagian trasuri perusahaan membantu unit usaha lainnya dalam
organisasi itu.
Dalam banyak organisasi, manajemen risiko valuta asing tersentralisasi pada kantor pusat
perusahaan. Hal ini
memungkinkan para manajer anak perusahaan untuk berkonsentrasi pada
usaha intinya. Namun
demikian, ketika membandingkan hasil actual dan hasil yang diperkirakan,
sistem evaluasi harus
memiliki acuan yang digunakan untukmembandingkan keberhasilan
perlindungan risiko
perusahaan.
Fadillah KR Sukayat
24209983 / 4EB09
Akuntansi Internasional
http://www.gunadarma.ac.id.
sumber : wikipedia.com
terima kasih,, izin share materinya.. :)
BalasHapus